Sabtu, 26 Maret 2011

Pa'piong Duku' Manuk

Pa'piong Duku' Manuk

Menjadi pengunjung toraja mungkin tidak akan benar-benar berkesan tanpa sebuah kesempatan mencicipi masakan tradisionalnya, pa'piong. Pasalnya, menikmati resep tradisional ini memberikan pengalaman budaya yang tidak akan terlupakan.

Sepintas tidak ada yang istimewa pada hidangan pa'piong, selain kemasannya yang unik dari bambu. Ya, bambu dengan kulit yang terkupas sempurna, dengan tekstur yang terbentuk dari bagian-bagian bekas bakaran yang gosong. Pa'piong dibuka dengan merobek kulit pa'piong, mulai dari bibir sedikit demi sedikit hingga ke pangkalnya. Kurang lebih seperti mengupas kulit pisang. Bila masih hangat, dari bagian yang dibuka akan mengepul uap pa'piong yang menyebarkan aroma kelezatannya.

Berawal dari kehidupan toraja yang sangat dekat dengan alam, orang toraja mengandalkan apa yang tersedia dari alam untuk membuat pa'piong.

Yang diperlukan adalah daging dan sayuran sebagai bahan, bambu dan kayu bakar untuk memasak. Daging yang digunakan bisa daging babi, daging ayam, daging kerbau, hingga ikan mas, namun untuk pa'piong daging-daging tersebut tidak dicampur. Setiap pa'piong hanya khusus untuk satu jenis daging. Sayuran untuk pa'piong disebut bulunangko, tumbuh hapir di setiap kebun orang toraja. Selain bulunangko, ada juga yang menggunakan bahan lain seperti buah nangka muda, hingga batang pisang. Yang terakhir ini terdengar aneh namun terbukti rasanya jauh lebih disukai. Semua sayur dan bumbu mudah ditemukan di seluruh penjuru toraja.

Daging dipotong-potong, dicampur dengan sayur, garam, jahe, dan daun bawang putih. Bila yang dipiong adalah daging babi atau kerbau, campuran bahan-bahan tersebut dicampur lagi dengan darahnya. Darah memang dikonsumsi di toraja. Semuanya lalu dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam tabung-tabung bambu muda yang sudah dipotong sepanjang ruasnya. Selanjutnya, bambu ditutup/disumbat dengan remasan daun pisang lalu dibakar langsung di atas perapian.

Sebatang kayu pejal yang tidak cepat terbakar dibentangkan melintang, dan ditopang di kedua ujungnya. Inilah kayu penyangga. Pada kayu ini bambu-bambu pa'piong disandarkan dari satu sisi lalu dipanaskan oleh perapian yang dibuat memanjang di bawah kayu penyangga.

Selama dipanaskan, lemak-lemak dari daging akan meleleh keluar dan menjadi kuah cair yang membantu menyalurkan panas secara merata ke seluruh bagian pa'piong. Kuah-kuah dari lemak ini juga akan bertambah banyak dan mendidih hingga meresap dan meluap keluar menembus tutup pa'piong selama dipapar di perapian. Tidak hanya membantu menyebarkan panas, kuah lemak menyisakan penyatuan rasa yang fantastis antara daging, sayur, dan bahan-bahan bumbu pa'piong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar